Ulasan buku Menikah Untuk Bahagia

Menikah Untuk Bahagia
Formula Cinta Membangun Surga Di Rumah
Penulis : Indra dan Nunik Noveldy
(@noveldy , @bundanoveldy)
Tebal :474 halaman + xxiv
Penerbit : Noura Books
Harga : Entahlah, saya dikasig gratis sama salah satu eks lekong di KBI ini tahun lalu

Blurb
Semua orang yang memutuskan menikah pastilah mengharapkan kebahagiaan. Nemun, kenyataannya mengarungi bahtera rumah tangga tidaklah semulus yang dikira. Riak-riak kecil kadangkala justru menjadi ombak besar laksana badai. Bahkan tak jarang, banyak orang yang justru tidak sadar akan masalah dalam perkawinannya hingga pasangannya mengguggat cerai.


Jangan sampai hal tersebut terjadi pada anda. Bahkan jauh sebelum menikah, anda bisa mempersiapkan diri. Temukan caranya di dalam buku ini. Penulis dengan lugas membagi rahasianya dalam membantu banyak pasangan untuk meraih kebahagiaan. Mereka juga membagi pengalaman jatuh bangunnya mempertahankan pernikahannya yang berkali-kali hampir kandas.


Mungkin awalnya anda akan kaget, menangis, atau bahkan babak belur membaca buku ini. Namun anda akan mendapatkan hasil yang sepadan pada akhirnya. Sesuatu yang berharga untuk diperjuangkan, yakni sebuah pernikahan impian.
Jadi, siapkah anda menjadi bahagia.

Pengantar di halaman buku ini memberi peringatan cetak tebal dengan kata-kata “apa yang and baca dan pelajari di buku ini jangan diterima mentah-mentah, tetapi jangan pula buru-buru ditolak” (halaman viii).
Pernikahan Impian Nikmati Prosesnya
Apa bekal anda?
Untuk membangun sebuah pernikahan bahagia, penulis menggambarkan kita membutuhkan lima komponen yang menjadi komponen pernikahan dan bisa kita sebut Diamond Of Love. Lima komponen itu : knowledge and skill, tujuan, mindset, komitmen dan berserah. Bagian ini relevan dengan konsep pencarian jodoh dunia akhirat yang dibahas oleh Gya kamis kemarin.

Bagian 1. Tujuan
“Jika anda tidak punya tujuan, menjadi tidak penting dimana anda akan tiba”
Penulis menanalogikan jika dengan kita menaiki sebuah taxi (bukan fake taxi ya!) tapi tidak tahu kemana tujuan kita. Jangankan anda, sang sopir pun akan kebingungan mengantar anda. Demikian pula dengan pernikahan. Jika anda tidak mempunyai tujuan, anda akan kehilangan arah dan bukan tidak mungkin merasa kecewa dengan pernikahan anda dan merasa berada pada situasi yang tidak anda bayangkan sebelumnya.
Salah satu jawaban yang paling popular ketika ditanya apa tujuan menikah adalah menciptakan keluarga yang Sakinah - Mawaddah - Warahmah. Hal ini akan kita bahas satu persatu nanti ^_^.


Bagian 2 Tujuan
Bab ini membahas banyak sekali pertanyaan yang harus kita jawab dalam hal membangun dan mempertahankan sebuah pernikahan. Bab ini juga memberikan gambaran apa saja yang akan kita bahas pada bab-bab selanjutnya.
“ Cara kita memandang sesuatu akan mempengaruhi cara kita bersikap”
Do we plan our marriage?
Disini penulis kembali mengajak kita berfikir, untuk membangun sebuah gedung yang indah saja diperlukan waktudan perencanaan yang matang agar hasil yang diharapkan bisa sesuai dengan keinginan sang pembuatnya. Nah, yang jadi pertanyaan lebih penting mana gedung yang indah atau pernikahan anda?
Jangan sampai pesta pernikahan yang hanya dalam hitungan jam anda fikirkan detailnya sedangkan pernikahannya itu sendiri tidak anda rencanakan dengan matang. Which one is more important, “the wedding” or “the marriage”?


Hubungan saya baik-baik saja. YAKIN?
Ternyata ada banyak pasangan yang berkonasultasi dan terkejut mendapati bahwa pasangannya merasa pernikahannya di ujung tanduk sedangkan pasangan satunya merasa pernikahan mereka baik-baik saja. Daripad anda menalami hal ini dengan pasangan ada baiknya anda bertanya pada diri anda sendiri, benarkah pernikahan saya baik-baik saja? Parameter apa yang saya pakai untuk menilainya? Apakah yang saya rasakan sama dengan yang pasangan saya rasakan? Bab ini sebenarnya mengajarkan kita akan pentingnya keterbukaan dan komunikasi bersama pasangan. Hal ini tentu saja tidak bisa ditawar-tawar lagi.


Hukum alam Dalam Pernikahan
Apa sih hukum alam dalam pernikahan? Jawabannya simple tapi mungkin membuat kita berfikir. Memberi, memberi dan memberi adalam hokum alam dalam pernikahan. Diibaratkan menanam tumbuhan, kita tidak bisa memetik hasilnya langsung pada saat itu. Begitu pula dengan pernikahan, selama kita bersedia menikmati proses yang ada, insya Alloh kita akan memetik hasilnya. Tentu saja dengan catatan kita harus tahu apa yang akan diberi, bagaimana cara memberinya, kapan waktunya dan mengkomunikasikan pemberian kita pada pasangan. 


Hubungan Transaksional
Hubungan ini “haram” terjadi dalam sebuah pernikahan, anda bayangkan saja sebuah pernikahan dengan konsep seperti ini, kita akan selalu disibukkan dengan hasil dan berbagai tuntutan tanpa mempedulikan proses dan melihat apakah kita sudah melakikan sesuatu untuk pasangan dan pernikahan ini.
Saya percaya Pada Tuhan


Orang seringkali keliru menganggap bahwa sebuah pernikahan tidak bisa dipertahan kan karena itu kehendak Tuhan. Pada dasarnya segala apapun, termasuk pernikahan diperlukan upaya untuk mempertahankan segalanya agar pernikahan ini berlangsung dan mampu melewati segala macam ujian yang menerpa.
Berani Bayar Harganya
Apa sih  harga yang harus dibayar demi sebuah pernikahan yang bahagia? Mengalahkan rasa malas, berani merasakan “pain” dalam membangun hubungan dengan pasangan. Pada titik inilah biasanya banyak pasangan menyerah terhadap pernikahannya, dimana seseorang tidaksanggup menahan “pain” dalam upaya ini hingga memutuskan menyerah. 


Pilih Bahagia atau Ego
“ mau bahagia dalam pernikahan ? buang ego anda. Anda tidak bisa mendapatkan keduanya”
Sudah Adilkah saya?
Sebelum anda menjawab pertanyaan ini,  bercerminlah benarkah bahwa prioritas utama anda adalah keluarga? Jangan-jangan itu Cuma kata-kata tanpa bukti, karena semua energy yang anda punya adalah energy sisa dari berbagai kegiatan di luar rumah terutama pekerjaan. Sehngga rumah bukan lagi menjadi fokus utama anda tetapi hanya sekedar tempat untuk beristirahat.
Saya sudah melakukan yang terbaik. Really?
Ada banyak pertanyaan (lagi) yang harus anda jawab untuk memastikan bahwa anda memang sudah melakukan yang terbaik bagi pasangan dan pernikahan. 


Anda tidak sadar Sudah Di Stadium 3
Seperti halnya penyakit, kebanyakan orang tiadk berbuat apa-apa ketika mereka merasa pernikahannya baik-baik saja, tetapi kalang kabut ketinya terjadi hal yang tidak dibayangkan. Maka seperti yang berulang kali dsinggung di atas, ada baiknya (lagi) kita bertanya apakah pernikahan kita benar2 aman?


It Take Two to Tango
Dalam menghadapi masalah seringkali seseorang mununjuk pasangannya sebagai “biang” dari permasalahan itu, padahal dalam pernikahan hal itu tidak berlaku. Setiap yang terjadi dalam pasangan itu adalah akibat dari yang dilakukan berdua. Kalaupu memang tidak, kita tetap ikut bertanggung jawab menyelesaian masalah yang ada.
Menjadi Orang Baik Saja Ternyata Tidak Cukup
Berapa banyak orang baik yang pernikahannya tidak baik-baik saja? Itu artinya dalam pernikahan menjadi orang baik saja tidak cukup. 


Cita – cita Saya Selingkuh!
Terkejut? Tak usah terkejut, judul ini hanya sebuah upaya agar anda berfikir ulang mengenai pernikahan anda. Apakah ketika menikah anda bercita-cita untu berselingkuh? Tidak bukan, lalu mengapa itu terjadi? Karena kita mencari yang tidak kita dapatkan dari pasangan. Itu artinya (lagi-lagi) kita harus berkacai, apa yang sudah kita lakukan untuk pernikahan. 


Cekcok Itu Bumbu Dalam Pernikahan
Akan tetapi perlu diingat pula bahwa terlalu banyak bumbu pun bisa merusak cita rasa masakan.
Kapten Bengek
Kapten bengek adalah istilah yang dipakai penulis untuk seseorang yang harusnya menjadi imam tetapi tidak kompeten. Lalu apa yang harus dilakukan istri? Pada umumnya istri menyalahkan dan menuntut suami bersikap sebagai mana seharusnya, tetapi banyaknya tututan tidak akan menyelesaikan masalah. Buku ini menyarankan agar istri mengambil alih kemudi untuk keadaan darurat ini dan kembali lagi ke asal ketika sang kapten sudah pulih.


Stop The Victim Mentally
“ Jika pasangan juga merasa sebagai korban, alul siapa yang meyelamatkan pernikahan ini?”
Stop The Blaming Game
“Stop blamng your spouse, stop blaming yourself”
Soulmate
“soulmate itu diciptakan bukan ditemukan”
Salah Pilih Pasangan
Mengatakan hal ini sama saja kita menuduh pasangan kita sebagai pihak yang tidak bisa memenuhi ekspektasi kita, harapan kita ataupun tuntutan kita. Macam masnya almarhumah Raihana itu lho gaes. Inget tho? Nah, yang si Masnya itu lupa apakah dia pernah bertanya pada dirinya sendiri “ apakah saya sudah menjadi orang yang tepat bagi pasangan saya?”. Istilah kasarnya mah, Ngaca dong, Ngaca!
Antara Kucing Anggora, Banteng Matador dan Zombie
Lho, apa hubungan tersebut dengan pernikahan? Jadi banyak pasangan yang mengeluhkan pasangannya berubah dan berbeda dengan yang mereka kenal ketika awal menikah. Awal menikah pasangan diibaratkan k***ng anggora yang lembut dan loveable, tapi seirirng berjalannya waktu pasangan berubah menjadi banteng matador yang galak pemarah dan agresf, atau menjadi zombie yang dingin, tak berperasaan dan cuek. Mengapa itu terjadi? Tanpa disadari bisa jadi kita yang menyebabkan pasangan kita seperti itu. Baik itu mulai dari kurangnya kita memperhatikan, tidak pernah mendengarkan pasangan, dan bersikap merendahkan pasangan. Sehingga kondisi ini memicu perubahan sikap yang disinggu tadi.

Memuaskan Ego
Jiak ini terjadi dalam sebuah pernikahan, bisa dibayangkan apa yang dirasakan pasangan dan apa akibatnya kelak. Situasi seperti ini bisa dikategorikan dalam stadium 4. Bahkan konseling pun tidak akan berguna jika ego masih dijunjung. Yang memperparah situasi adalah jika kita bercerita pada orang malah melakukan pembenaran atas hal ini. Bukannya solusi yang didapat tapi malah memperuncing konflik yang sudah ada. Ditambah keinginan yang ada jika ego dikedepankan adalah timbulnya mental instan, diamna segala sesuatu ingin langsung diterima dengan cepat. Bagaimana mungkin sesuatu yang membutuhkan proses ingin diubah menjadi cepat, yang ada adalah tindakan keliru yang malah memperbruk situasi yang sudah ada.
Ini perlu dicatat untuk orang dengan ego yang ngejubille kayak akikah nih!

Mental Survival
Perilaku mental survival yang terbiasa dengan sikap “taking” terkadang malah menimbulkan permasalah, karena orang dengan mental survival terkadang terlihat superior di hadapan pasangannya shingga yang ada timbul sikap “terlalu mandiri” dan membuat pasangannya merasa tidak dibutuhkan. Apakah sikap ini buruk? Tentu tidak sepenuhnya, hanya saja mungkin ini menjadi pemicu permasalahan dengan pasangan.

Cerai = Melarikan diri
Poin ini , nngggg … aku malah inget pertengkaran rumah tangga Kak Nia dan Om Nicko perkara Raihana give up atau tidak , hahaha. Masih inget ndak? Inget donk! Balik ke buku, disini penulis mengajak kita melihat bahwa cerai itu hanyalah cara agar “mudah” melarikan diri dari segala hal perkara rumah tangga sehinga banyak orang menempuh cara “sulit” mempertahankan rumah tangga dengan menjadi pribadi yang tumbuh dan menjadi lebih baik agar bisa menginspirasi pasangan supaya ikut menjadi lebih baik.


Berubah = menjadi orang lain?
Jawaban dari pertanyaan di atas adalah tidak. Dalam sebuah pernikahan, perubahan itu diperlukan sebagai jalan untuk mencapai tujuan bersama.


Berubah atau Dipaksa Berubah?
“ Jika anda menolak untuk berubah, anda akan dipaksa berubah oleh keadaan” 


Status tanpa Hubungan
Apakah pernikahan ini layak diperjuangkan?
Ini adalah fase dimana anda telah menjawab semua pertanyaan di atas dan melakukan berbagai perubahan bersama pasangan demi kelangsungan rumah tangga anda. Jika segala sesuatu sudah diupayakan dan menunjukkan hasil, artinya pernikahan tersebut layak diperjuangkan. Tapi jika masih seperti dulu, artinya saatnya anda memikirkan ulang pernikahan anda.


Mempertahankan pernikahan demi anak
Ini bukan pilihan bijak jika salah hal ini dilakukan tapi tetap menunjukan sikap tidak harmonis setiap hari. Alangkah lebih baik jika keputusan ini diambil disertai dengan sikap yang mencerminkan upaya mempertahankan rumah tangga demi anak.
Jangan terburu-buru memulai hubungan baru jika anda pernah gagal berumah tangga.
Perbaiki HUbungan dengan orang tua.
Fakta menarik disampaikan oleh penulis, 90% pasangan yang sedang bermasalah, ternyata bermasalah juga dengan orang tuanya. Artinyaaaa … balik lagi ke Ridho Alloh terletak pada ridho orang tua, iya tho? 


You’re Not Alone
“ you’re never alone. If you’re not with God, it means you’re wit evil” kitu ceunah!
Pegeeeeel sodaraaa!!!!
Bab 3 Knowledge And Skill 
Anda menikah dengan manusia, so anda sebagai pasangan mesti, kudu, harus, wajib dan berusaha mengenal pasangan Anda. Dengan berbaga cara. Di buku ini sih dijelaskan 4 kepribadian yang sanguine, koleris, melankoli dan plegmatis itu, suruh nyari tau gitu pasanganmu masuk tipe yang mana, jadi kamu gampang ngimbanginnya. Tapi toh menurut “ajran sesat” mak Nia apanan kepribadian manusia itu nggk bisa ple-plekan dikategorikan pada empat tipe itu, jadi …. Gitu deh. Ngerti ya? Ngerti lah … hahahha


Terima Aku Apa Adanya.
Nah kalau kata buku ini mah, jangan mau diterima apa adanya. Tapi jadilah pasangan dan “tuntutlah” pasangan agar mau bersineri kea rah yang lebih baik. Jadi pernikahan itu nggak bikin boring, karena pasangan anda gitu-gitu aja dari awal nikah ampe puluhan tahun seterusnya.

Nyaman – Trust – Install
Nah, proses perubahan yang disinggung di atas ntu, ndak bisa  langsung ke proses install, jika itu terjadi pasangan kita pasti menolak. Nah, supaya penolakan itu ngga terjadi kita mesti mebuat pasangan kita nyaman dulu dengan perubahannya. “ Seseorang  Akan terus mempertahankan sebuah hubungan, jika dia merasa nyaman”. Ini nggak bisa dipungkiri sih, kadang yang bikin susah move on itu karena kita terlalu nyaman bersama dia sehingga …. Aelah curhaaaaat, pliss deh!!!
Rasa nyaman itu mesti diciptakan lho, salah satunya dengan komunikasi yang baik

Setelah nyaman dan dia mempercayai efek positif perubahan itu, tentunya secara tidak langsung kita akan memiliki “trust’ pada pasangan kita. “You have to earn trust, you cannot ask for trust” . perlu dipahami, trust disini mencakup segal aspek ya. Nggak Cuma soal percaya dia ngga akan selingkuh tapi juga ttg perasaan, hati dan fikiran.
Dan step yang dilakukan itu akan mempermudah peng installan itu sendiri.
Kenapa ya baca buku ini bikin aku mikir “ nikah itu ribet ya?” hahaha . lanjut yaaaa!!!!
PISIK
Opo iku?
P = Pacar
I = Istri / suami
S = Sahabat
I = Ibu / ayah
K = kekasih
Nah… bagian ini 1000%  setuju. Intinya sih, aku pengen punya pasangan yang bisa jadi sahabat, suami, pacar sekaligus pelindung akoooh, so sweeeeeeet. Halah curhat meneh. Tapi intinya ngerti yak?


Yuk, kencan”
“ Successful marriage requires in love many times with the same person” yaaaa, walaupun udah tidak abege lagi, apa salahnya sih, kita punya quality time sama pasangan, nostalgilaan masa2 awal pacaran after merit (aamiin) kan seru tuh. Beberapa temen aku juga suka kayak gini, anaknya, titip dulu ama yang ngasuh barang beberapa jam lah, demi aku dan kamu, demi kita, sayang! *apaan sih
Makin malem, main ngantuk, makin ngaco, makin gue banget. -__-


Yuk kenali diri sendiri
“salah satu penyebab timbulnya masalah dalam pernikahan adalah salah satu pihak tidak mengenal dirinya sendiri” Hal ini penting sebab… kita akan selalu merasa benar dan meletakkan kesalan paada asangan, sehingga yang ada percekcokan tanpa akhir padahal bukan tak mungkin. Muaranya ada di diri kita sendiri gitu.


Menikmati Penderitaan
“ saat anda menolak untuk bangkit, itu artinya anda menikmati penderitaan”
Bisa dikaitin ama victim mentally juga ngga poin ini? Victim mentally juga kan menikmati saat dia berlebay-lebay ria mengungkapkan masalahnya. *ngaca


Pria dan Wanita itu berbeda
Nah ini perbedaan isi otak wanita dan pria versi buku ini. Uplod dulu yak. Bentar. Moga sinyal ngga ngadat. Nah itu bedanya, dengan cara fikir yang berbeda, otomatis cara pandang juga beda, nah ini yang mesti digarisbawahi setiap pasangan. Itu porsi seks di otak cowo sebanyak itu ya? Ngga heran sih, #eeeh

Kebutuhannya, Kebutuhanku
Pada dasarnya setiap orang ingin dimengerti. Poin ini memberikan buku rujukan yang berjudul “ 5 bahasa kasih” karya Dr. Gary Chapman. 5 bahasa kasih itu adalah :
Kata-kata pendukung
Sentuhan Fisik
Hadiah
Saat-saat yang berkesan / Quality time
Pelayanan

Be Loveable
Intinya sih jangan jadi pribadi yang sulit kayak gue. Jadilah orang yang mudah disayangi n dicintai jadi pasangan kamu pun lebih mudah mencintai kamu, beb.
You Both Need A Good Laughter.
JANGAN CURJAT KEPADA LAWAN JENIS!!!!!!!!!
Stadium Konflik dalam pernikahan

Stadium 1
Dimuali sejak malam pertama dan malam-malm selanjutnya dimana anda meras ini bukan pernikahan impian anda, tetapi anda mencoba memakluminya dan tidak mengkomunikasikannya. Walhasil mulai nih nimbun kekecewaan. Nah ini staium satu kalau anda tetap tidak mengkomunikasikannya.

Stadium 2
Yang gimana nih yang stadium 2? Yang tadi stadium satu itu bukan dikomunikasikan, tapi malah dijadikan bahan pertengkaran, sindiran dan bahasa tubuh yang menunjukkan pasangan anda tidak nyaman.
Yaelah beb, ngomong aja atuh, apa susahnya sih? Duh nggak elit banget sindir sampir -___-

Stadium 3
Ini mulai berantem, bahkan di depan anak. Terus mulut mulai usil nih cerita-cerita ke tetangga, atau kalau kekinian update di medsos. Huft. Jadi kalo nemu yang kayak gini, komen aja mbak/mas/aa/teteh selamat anda memasuki stadium tiga. Heh.

Stadium 4
Ini adalah tahap dimana salah satu pihak berfikir untuk bercerai. Nah kalo ini terjadi, silakan balik ke poin-poin yang dibahas di atas.
Ambil tanggung jawab
Bangun Track Record
Mertuamu bukan musuhmu
Ya… selalu ada cerita menantu vs mertua, padalah ini haram lho hukumnya. Balik lagi ke poin perbaiki hubungan dengan orang tuamu. Mau mertuamu macam haji muhidin juga, kalo dia ayahnya pasanganmu itu artinya mesti kamu hargai layaknya ortumu sendiri.
KOMUNIKASI
Jadi pendengar yang baik
Jangan berasumsi
Hati-hati dengan intonasi
Timing
Perhatikan bahas tunuh
Aktifkan radar anda
Menuntun, bukan menuntut
Share holder meeting
Intinya sih semacam rapat keluarga, ada satu tips yang diberikan nih “pujian tidak pernah gagal dalam memberikan rasa nyaman”. Hanya hati-hati share holder meeting yan mestinya jadi ajang diskusi malah jadi awal pertengkaran hebat, karena bukannya mencari solusi tapi salih menyalahkan. Jadi … penting juga kali yak mikirin metode yang tepat.
Bikin SOP

Nah lanjut yang di atas itu, supaya ndak salha langkah, bikin noh SOPnya (standar opration procedure) dimana kita merumuskan langkah dan cara mengkomunikasiakn sesuatu agar bisa diterima dua belah pihak.
Ciptakan mOmentum Bildeer, bukan momentum killer


Bagian 4 KOMITMEN
ANda harus yakin pada setiap hal yang anda impika untuk pernikahan anda dan siap menghadapi semuanya. Itu fungsi komitmen.


Bagian 5 Berserah
Nggak usah dijelasin jugasetiap orang rasanya mengerti poin ini. Poin dimana kita menyerahkan segala sesuatu pada sang kuasa setelah berbagai upaya yang kita lakukan.

Sebuah renungan
Ini adalah penutup yang (lagi-lagi) dipaparkan ibu Nunik. Disini ibu Nunik kayknya mendengar keluhan saya yang bilang baca buku ini nikah tu berasa ribet, nah kata Bu Nunik, semua upaya itu memang diperlukan untu kehidupan pernikahan yang solid dan berkilau. Juga agar pernikahan kita meraih ketenangan di hari tua, ibarat pepatah berakit – rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Jadi kita “susah payah” membangun pernikahan di awal dan menikmati hasilnya di hari hari setelah perjuangan itu.

So, siapkah anda menikah untuk bahagia?
Oh iya, buat yang ingin baca curhatan tentang pernikahan beserta solusinya, bisa kunjungi web milik penulis di sekolahpernikahan.com .

Secara keseluruhan buku ini buat saya agak berbeda dengan buku pernikahan pada umumya menyampaikan hal yang itu-itu lagi. Tapi tidak mengubah kesan saya setelah membaca buku ini saya jadi mikir nikah itu ribet, bukan menikah untuk bahagia. Ada yang salah dengan hati saya mungkin ya>? Hahaha. Tapi toh tidak mengurangi niat saya untuk …. Udah lah ya saya tutup.

Sekian review buku dari saya
Maaf jika ada yang kurang berkenan. Intinya sih, saya berterima kasih pada yang sudah menyimak dan ngeramein bahasan ini. Semoga phala anda dilipat gandakan dan jodoh anda dan jodoh saya di dekatnya, aamiin aamiin aamiin.

Komentar

Postingan Populer